Sahabat jadi Cinta

“Nit, hari ini kita jadi nonton kan?” tanya Rivan pada Nita yang sedang membaca buku di taman sekolah.
“Jadi dong! Kemarin kan udah kamu cancel, masa mau di cancel lagi?” jawab Nita sinis yang masih ngambek pada Rivan gara-gara kemarin mereka gak jadi nonton.
“Yaudah sih kalem say, maaf kalo yang kemarin masih bikin kamu bete kaya gini.” ucap Rivan dengan sabar.
“Gimana gak bete coba, kemarin kan kamu lebih milih nemenin Riska ke toko buku daripada nonton sama aku.” kata Nita sambil memasang wajah yang cemberut.
“Iya deh sekali lagi aku minta maaf. Yaudah, sekarang kita berangkat yuk! Keburu filmnya mulai.” ajak Rivan sambil merangkul bahu Nita dan segera mengambil mobilnya untuk pergi ke Bioskop.

Saat mereka sedang membeli tiket untuk nonton, ternyata mereka bertemu dengan Riska yang sedang mengantri membeli tiket juga.
“Loh kebetulan banget ketemu kalian disini. Mau nonton juga?” sapa Riska ramah kepada Rivan dan Nita.
“Eh kamu ka, iya nih kita mau nonton hehe. Kalo gitu kita barengan aja bertiga nontonnya, kan seru tuh.” Jawab Rivan dengan penuh semangat melihat Riska, sahabat yang ia sayangi.
“Oke, no problem. Hmm....” ucap Nita dengan senyum yang terpaksa.
Setelah mereka bertiga selesai nonton, mereka berencana untuk makan malam dulu sebentar.
“Kita makan disitu aja yuk!” ajak Rivan sambil menunjuk ke sebuah rumah makan.
“Emmm van, nit, kayanya aku harus pulang duluan nih. Masih banyak tugas yang belum beres, gapapa kan?” kata Riska.
“Eh, kamu gak mau makan dulu ka? Ntar laper loh. Udah ntar biar aku anterin aja sekalian, rumah kita kan deketan ka.” ucap Rivan membujuk Riska agar ia tidak pulang.
“Udah deh van, kasian dia lagi banyak tugas tuh. Kita makan berdua ajalah.” Ujar Nita yang tidak ingin Riska mengganggu acara ngedate mereka.
“Nit, kita balik aja yuk! Makannya di rumah aja deh hehe. Kasian nih Riska kalo harus pulang malem-malem gini sendirian.” bujuk Rivan kepada Nita.
“Eh gak usah van, aku bisa pulang sendiri kok. Kalian makan aja sana berdua. Aku gak apa-apa van. Malah nantinya aku yang gak enak sama kalian.” ujar Riska dengan lemah lembut.
Dengan terpaksa, Nita pun menyetujui bahwa saat itu ia dan Rivan harus menunda acara makan malamnya untuk mengantar Riska pulang.
Keesokan harinya, Riska memutuskan hubungannya dengan Rivan karena ia sudah tidak tahan lagi melihat perhatian Rivan yang terbagi dua. Antara ia dan sahabat Rivan, Riska.
Anehnya, setelah diputuskan oleh Nita, Rivan tidak terlihat seperti orang yang patah hati. Hanya memerlukan waktu sehari saja ia bersedih karena diputuskan oleh ceweknya. Setelah itu, hari-harinya begitu ceria sama seperti biasanya saat ia masih jadian sama Nita.
“Aku denger kamu baru putus ya van sama Nita? Kok bisa sih? Ini bukan gara-gara hal yang kemarin malem kan?” tanya Riska penasaran ia dan Rivan sedang asyik berdua di Taman.
“Iya ka, aku juga gak tau kenapa. Dia yang mutusin aku, padahal kayanya aku gak punya salah apa-apa. Bukan kok, lupain ajalah ka, males aku ngomongin hal itu lagi.”
“Eh ka, inget gak dulu waktu kita masih SD, kita selalu bareng pergi ke sekolah, liburan bareng, main bareng. Terus kamu pernah nangis gara-gara aku hahaha konyol banget kan kita waktu dulu?” ucap Rivan mengalihkan pembicaraan sebelumnya.
“Iya inget dong, itu gak bakal aku lupain. Coba kita bisa ngalamin hal kaya gitu lagi ya van, pasti seru banget. Tapi sayang, kita sekarang bukan anak kecil lagi hahaha.” jawab Riska sambil tertawa lepas bersama Rivan.
“Bisa kok, udah gede juga gapapa kali. Ka, aku sayang sama kamu.” ujar Rivan yang tidak sengaja keceplosan mengungkapkan perasaannya pada Riska.
“Hahaha aku juga sayang sama kamu van. Kita kan sahabatan, tentu saja memiliki rasa saling menyayangi.” jawab Riska dengan polosnya.
“Tapi yang aku rasain bukan rasa sayang antara sahabat ke sahabatnya ka. Ini melebihi rasa sayang terhadap sahabat. Melainkan rasa sayang antara seorang laki-laki remaja kepada perempuan remaja yang saling jatuh cinta.” ujar Rivan menjelaskan perasaannya pada Riska.
“Apa mungkin?” tanya Riska yang masih bingung dengan ungkapan perasaan sahabatnya itu.
“IYA, AKU JATUH CINTA SAMA KAMU RISKA!” ujar Rivan mengaskan perasaannya.
“Van, kita sahabatan udah lama banget. Kita udah kaya kakak adik van. Jadi gak mungkin kalo kita menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Aku takut kalo ini bakalan ngehancurin persahabatan kita.” kata Riska menegaskan perasaannya kembali pada Rivan.
“Iya ka, aku bisa ngerti itu. Aku gak maksa kok. Aku cuma pengen ngeluarin isi hati aku, aku udah gak bisa tahan perasaan ini yang terus muncul setiap aku di deket kamu. Kita tetep sahabatan kan?” ucap Rivan sambil mengacungkan kelingkingnya.
“Iya dong, pasti. Kita sahabatan selamanya van, selamanya.” jawab riska mengacungkan kelingkingnya juga dan dipadukan dengan kelingking Rivan yang menandakan arti persahabatan mereka.

Post a Comment